Pemuda Pancasila ada di mana-mana. Di bawah panas terik pinggiran jalan ramai, membarikade kegiatan kerumunan massa, bahkan hingga panggung politik yang megah dan mewah.
Dalam gelaran Pilpres 2024, elit Pemuda Pancasila berada di tim Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar. Ketua Umum Japto Soerjosoemarno menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina. Organisasi hingga underbouwnya mendeklarasikan dukungan resmi kepada pasangan 01.
Dukungan gamblang ini hanya melanjutkan kebiasaan. PP mendeklarasikan dukungan ke Joko Widodo - Ma’ruf Amin pada 2019, dan berpihak pada Prabowo Subianto - Hatta Rajasa pada 2014.
Insting politik ada pada DNA PP. Kelahirannya pada 28 Oktober 1959 sarat dengan dinamika politik kala itu yang menjadi arena adu kepentingan antara Partai Komunis Indonesia dan musuh politiknya. PP sengaja dibentuk oleh elit TNI AD untuk menggaet dukungan masyarakat guna berhadapan langsung dengan PKI.
Di era Orde Baru, PP terus hadir dan memperkuat jaringannya. PP menuai jasanya karena berhasil ikut memberangus PKI di berbagai daerah dan menjadi dekat dengan dua penguasa politik kala itu: militer dan Golkar. Alhasil banyak anggota PP meraih posisi sebagai anggota MPR dan DPR.
Runtuhnya Orde Baru tak ikut menghilangkan jejak PP. Ormas loreng oranye ini justru makin kuat. Jumlah anggota Pemuda Pancasila mencapai 9 juta orang. Kiprahnya masih sama sebagai tempat bernaung pekerja sektor keamanan non-formal. Dengan jaringan luas, tak ayal PP menjadi jaringan politik unggulan di republik ini.
PP pernah menjelma menjadi kendaraan politik formal bernama Partai Patriot. Partai Patriot ikut dalam Pemilu 2024 dan meraih 1.073.139 (0,95 persen) dan tidak mendapat kursi DPR RI.
Cita-cita Japto untuk mengkonsolidasi PP sebagai kekuatan politik belum juga terwujud. Meski begitu, PP tetap mampu melintasi zaman sebagai salah satu elemen politik penting. Setiap Pemilu, PP memberi corak yang khas dengan menghadirkan kemampuan jaringan para-militer.
Misalnya saat Pilpres 2014 yang mendukung Prabowo - Hatta, PP all out mengawal proses kampanye dengan caranya. Saat itu anggota ormas di Surabaya, Malang, dan Blitar menyambangi Satpol PP setempat untuk meminta pertanggungjawaban hilangnya alat peraga kampanye Prabowo - Hatta.
Pilpres 2024, PP berada di pihak yang kalah. Keterlibatan tokoh PP dalam pemenangan pasangan Anies - Muhaimin tampak begitu jelas.
Namun berada di pihak yang kalah tak menentukan nasib PP. Anggota PP tetap ada di mana-mana. Jaringan PP yang terlanjur dekat dengan kekuasaan, kemudian afilisasi kuatnya dengan Golkar, tak akan menggerus kekuatan PP ke depannya.