Khofifah Indar Parawansa seperti Kartu AS bagi politik Indonesia. Pilgub Jatim 2018, Pilpres 2024, menghasilkan kemenangan ketika ia ikut andil. Tren kemenangan ini seakan berlanjut dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2024. Khofifah yang bakal maju kembali punya kans menang paling besar, bahkan nyaris tak ada lawan dengan belum adanya pesaing yang berani muncul ke permukaan.

Tidak heran jika Khofifah adalah politisi paling menarik untuk diajak berkawan, dan paling diperhitungkan ketika menjadi lawan. Politik Indonesia mendefinisikan kekuatan pada basis massa, dan Khofifah telah mengantongi dukungan loyalis dalam berbentuk organisasi sosial keagamaan. Kunci kemenangannya ada di organisasi yang ia pimpin: Muslimat Nahdlatul Ulama.

Muslimat adalah organisasi sayap perempuan di bawah NU. Sejatinya NU punya organisasi perempuan lain yakni Fatayat pimpinan politisi PKB, Ida Fauziah. Keduanya berbeda di rentang usia: Fatayat relatif lebih muda dan Muslimat beranggotakan bu nyai dan ibu-ibu jemaah. Dalam hal berpolitik, para bu nyai lebih matang.

Insting politik yang kuat ditopang jaringan luas. Muslimat NU Jawa Timur memiliki lebih dari 10.000 majelis taklim dan mengadakan hampir 7.000 MTQ. Selain itu, mereka juga mengadakan pengajian rutin bulanan di tingkat cabang yang dihadiri oleh 7.000 hingga 10.000 orang. Pimpinan pusat hingga cabang di tingkat kabupaten/kota, bahkan sampai anak cabang di tingkat kecamatan dan desa, saling mengenal. Akibatnya, pola hubungan antarjenjang organisasi menjadi sangat kuat.

Melalui ragam medium tersebut–arisan, syukuran, selawatan, dan pengajian ibu-ibu, Muslimat NU punya pengaruh terhadap berbagai komunitas di kampung-kampung. Ruang keseharian semacam itu ada dalam genggaman kader Muslimat NU, sehingga memudahkan setiap agenda politik.

Dengan modal sosial yang kuat ditambah kecakapan politik, Muslimat mampu melahirkan kader yang memenangkan kontestasi. Pada Pilkada serentak 2018, ada 10 kader Muslimat NU yang memenangkan posisi kepala daerah termasuk Khofifah di kursi Gubernur Jatim.

Khofifah memenangkan Pilgub 2018 yang sejatinya tak mudah. Lawannya adalah Saifullah Yusuf, petahana Wakil Gubernur yang mengantongi dukungan PKB dan PDI Perjuangan. Gus Ipul tidak hanya berbekal mesin, tapi juga restu kultural. Kyai utama Jatim secara gamblang mendukung Gus Ipul pada saat itu.

Saat itu, para ibu-ibu Muslimat berhadapan dengan pilihan yang sulit. Khofifah yang menjabat ketua umum Muslimat sejak 2005 maju menjadi lawan calon pilihan pak kyai. Karena tidak terafiliasi dengan salah satu partai, Muslimat satu rampak barisan dengan agenda politik Khofifah.

Muslimat tidak segan berada di seberang kyai. Setiap rumah dalam jangkauan kader Muslimat mereka ketuk. Konsolidasi berjalan rapi. Hasilnya, Khofifah yang berpasangan dengan Emil Dardak berhasil unggul 1,5 juta suara dibanding Gus Ipul dan Puti Guntur Soekarno.

Muslimat adalah nama besar di tengah kecenderungan politik Indonesia untuk menggandeng NU, dan kekuatan Jawa Timur dengan massa besar. Semua partai dan pakar politik sepakat: Muslimat NU adalah kunci kemenangan politik di Jawa Timur. Namun jangan pernah berpikir merebut Jawa Timur kalau tidak mau bersaing dengan Muslimat NU.