Prabowo Subianto benar-benar digdaya di Pemilu 2024. Hasil quick count Pilpres sebagian besar menunjukkan angka 58%, yang membangun keyakinan bahwa Pemilu akan satu putaran dan kemenangan meyakinkan untuk Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka.
Lose streak Prabowo berakhir indah dengan bantuan mantan lawannya, Joko Widodo. Koalisi Indonesia Maju yang berisi partai-partai yang sebagian besar pendukung Jokowi. Simpul kekuatan politik Jokowi seperti PROJO, Erick Thohir, dan Mensesneg Prof Pratikno berada di kubu Prabowo.
Langkah Prabowo untuk menjadi presiden pertama kali tercatat menjelang pemilihan umum tahun 2004. Pada saat itu, Prabowo mencoba maju sebagai presiden melalui konvensi Partai Golkar.
Namun, dalam konvensi tersebut, ia hanya memperoleh 39 suara, yang merupakan perolehan terendah dari lima calon pada saat itu. Calon lainnya adalah Wiranto, Akbar Tanjung, Aburizal Bakrie, dan Surya Paloh. Akhirnya, konvensi ini dimenangkan oleh Wiranto setelah mengalahkan Akbar Tanjung di putaran kedua yang kemudian maju sebagai capres dari Golkar.
Kariernya di Golkar berhenti di tahun 2008, yang selanjutnya berlabuh di partai yang ia dirikan, Gerindra. Di Pemilu 2009, Gerindra meraih 26 kursi. Tak cukup untuk mengajukan capres sendiri, ia berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri. Pasangan Mega-Prabowo hanya meraup 26 persen suara.
Faktor Jokowi
Tak bisa dipungkiri, faktor Jokowi memiliki peran besar dalam memenangkan Prabowo. Jokowi memang tidak pernah secara terang-terangan mengungkapkan dukungan. Namun perangai presiden itu tampak begitu jelas. Dukungan Jokowi mulai terasa ketika.
Meski lengser Oktober 2024 dan mengaku tak ingin cawe-cawe, Jokowi masih menjadi penentu persepsi pemilih. Tingkat kesukaan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi yang menyentuh 80 persen membuat para pemilih cenderung tak ingin berganti haluan pemerintahan. Siapa yang dekat dengan Jokowi, maka ia akan mendulang suara besar.
Faktor Jokowi ini mempengaruhi bagaimana bandul pemilih bekerja. Saat masih dekat, Ganjar meraih dukungan tertinggi. Situasi berbalik saat Jokowi dirasa mendekat ke Prabowo.
Hasil survei Litbang Kompas pada Agustus 2023 menunjukkan bahwa pendukung Jokowi masih dominan memilih Ganjar dengan persentase 48,1%. Pada saat itu, hanya 22,9% dari mantan pendukung Jokowi yang memilih Prabowo.
Namun, pada survei Desember 2023, situasinya berbalik. Mayoritas mantan pendukung Jokowi sekarang memilih Prabowo dengan angka 29,8%, sedangkan yang mendukung Ganjar hanya mencapai 27,4%. Di sisi lain, Prabowo juga mendapat dukungan suara dari pemilihnya pada Pilpres 2019, meskipun sepertiga dari pemilih Prabowo pada Pilpres 2019 memutuskan untuk mendukung Anies.
Tudingan Diktator Menjadi Gemoy
Prabowo adalah capres berkalang tudingan. Pelanggar HAM, temperamen, sakit-sakitan, dan ambisi berkuasa yang besar selalu mengusik citra Prabowo ketika Pemilu berlangsung. Ditambah pencawapresan Gibran yang kontroversial, pencapresan Prabowo kali ini benar-benar hujan kritik.
Sosok Prabowo berhadapan dengan Anies Baswedan yang argumentatif dan Ganjar yang menampilkan diri sebagai pekerja handal. Ia jelas kalah jika beradu ucap dengan Anies, dan kalah pengalaman teknis dengan Ganjar. Tapi Prabowo menggunakan citra lain di Pemilu kali ini: gemoy.
Joged Prabowo yang kaku di suatu acara KIM menjadi ikon. Ditambah lagu ‘Tabrak Tabrak Masuk’ milik Richard Jersey, goyangan Prabowo menjadi konten khas di media sosial. Politisi pendukung memang berusaha memviralkannya dengan membuat acara joged massal. Kata gemoy diulang berkali-kali. Namun tidak semua citra politik laku dijual, dan joged gemoy Prabowo memviralkan.
Jika tidak ada aral melintang, Prabowo akan menjabat sebagai presiden ke-8 Republik Indonesia.