Ganjar Pranowo mengawali Pilpres sebagai suara terbaik, dan menutupnya sebagai capaian terbalik. Suara versi quick count Pilpres 2024 menempatkanya dalam posisi bontot.
Modal Ganjar untuk menang sebenarnya amat cukup. Dukungan partai terkuat, elektabilitas teratas, popularitas yang mentereng. Namun satu hal yang ia lewatkan namun begitu berguna: dukungan Joko Widodo.
Joko Widodo sempat amat mesra dengan Ganjar. Guyonan rambut putih yang dilontarkan Jokowi seperti angin segar. Bahkan di Raker PDIP, Jokowi meminta Ganjar memikirkan ketahanan pangan sesaat setelah dilantik”. Meski Prabowo sudah memastikan diri untuk maju dan mengklaim mendapat dukungan Jokowi, pernyataan presiden yang ada seakan kode keras dukungan pada Ganjar.
Sehari sebelum Idul Fitri 2023, Jokwoi mendapat undangan ke Bogor untuk mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai Capres PDIP. Jokowi ikut berdiri di samping Ganjar saat Megawati Soekarnoputri membacakan deklarasi. Ketiganya sumringah melakukan salam metal khas PDIP. Perasaan Jokowi masih cukup baik saat itu. Jokowi merekomendasikan cawapres Ganjar yakni Sandiaga Uno atau Erick Thohir.
Namun Jokowi tampak tak sreg dengan pencalonan Ganjar yang tidak meminta pertimbangannya. Ditambah penolakan rekomendasi cawapres pilihan Jokowi ditolak oleh PDIP. Ternyata, hati Jokowi mendua. Sempat beredar upaya Jokowi menjadikan Ganjar sebagai wakil Prabowo, tapi ditolak oleh PDIP.
Perubahan arah dukungan ini ikut mengubah nasib Ganjar. Hasil survei Litbang Kompas pada Agustus 2023 menunjukkan bahwa pendukung Jokowi masih dominan memilih Ganjar dengan persentase 48,1%. Pada saat itu, hanya 22,9% dari mantan pendukung Jokowi yang memilih Prabowo. Namun, pada survei Desember 2023, situasinya berbalik. Mayoritas mantan pendukung Jokowi sekarang memilih Prabowo dengan angka 29,8%, sedangkan yang mendukung Ganjar hanya mencapai 27,4%.
Prabowo yang dengan jelas menggandeng Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres dianggap mempertegas dukungan Jokowi. Orang dekat Jokowi seperti relawan PROJO, Erick Thohir, Mensesneg Pratikno, banyak merapat ke Prabowo. Tak ayal citra “Penerus Jokowi” lebih melekat ke Prabowo, dan Ganjar harus berjuang dengan citranya sendiri.
Tingkat kepuasaan yang tinggi terhadap pemerintah ikut menentukan arah Pemilu. Tim Pemenangan Nasional Ganjar -Mahfud juga gagal mencari brand image yang jelas di tengah kegamangan. Mau oposisi tampak aneh karena Jokowi masih kader PDIP. Mau mendukung, citra Prabowo yang terlanjur lebih melekat.