Partai Golkar membalikkan prediksi Pemilu 2024 persaingan PDI Perjuangan dan Gerindra di dua peringkat teratas. Hasil quick count menunjukkan Partai beringin merangsek ke peringkat dua menyalip Gerindra yang punya capres, menempel PDIP yang masih hegemonik.

Quick count Indikator Indonesia, tiga besar kursi DPR RI ditempati PDI Perjuangan (16,57%), Golkar (14,51%), dan Gerindra (13,64%). Golkar unggul di 9 Provinsi, bahkan mampu menjaga dominasi di Jambi, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur selama 3 pemilu beruntun. Pemilu 2024 semakin menggembirakan bagi Golkar karena capresnya, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, unggul jauh di Quick Count Pilpres.

Hasil ini fenomenal mengingat Golkar tak punya modal kuat menjelang Pemilu 2024. Elektabilitas Golkar menjelang Pileg 2024 selalu di peringkat 5. Ketiadaan kader di Pilpres membuat Golkar tak bisa mendompleng popularitas. Belum lagi sentilan ke Ketua Umum Airlangga Hartarto yang menyebabkan krisis kepemimpinan menjelang Pemilu 2024.

Salah satu taktik penting Golkar dalam pemilu kali ini kali ini adalah dengan melekatkan citra Golkar dengan Presiden Joko Widodo. Golkar memang pendukung pemerintah Jokowi - Ma’ruf. Namun Jokowi tetap saja kader PDIP, dan Golkar tidak cukup hak untuk melekatkan citra.

Tetap saja, Golkar begitu kukuh menampilkan kesetiaannya pada Jokowi. Bergabung sebagai pengusung Prabowo - Gibran, Golkar tanpa tedeng aling-aling mengambil citra Jokowi dan putranya. Golkar memasang Jokowi di berbagai perangkat kampanye mulai dari baliho hingga TVC. Di sebuah baliho, Golkar memasang foto Cawapresnya dengan tulisan “Terima kasih Mas Gibran telah memilih Golkar”. Kemudian iklan TV mereka secara gamblang menyiratkan pesan “Terima Kasih Jokowi”.

Investasi Golkar untuk akrab dengan Jokowi telah berlangsung lama dan berliku. Awalnya, Golkar bukan pendukung ketika Pilpres 2014. Golkar baru bergabung ke pemerintahan setelah periode pertama Jokowi JK separuh jalan. Di awal hubungan mereka, Ketua Umum Setya Novanta bahkan menyebut Jokowi presiden koplig atau keras kepala. Kecocokan Golkar ke Jokowi amat bermula setelah kepemimpinan partai beralih ke Airlangga Hartarto. Airlangga langsung didapuk Menteri Pendustrian, cenderung setia pada setiap langkah politik Jokowi. Terlebih setelah Airlangga terpilih menggantikan Setnov sebagai Ketum Golkar di tahun 2017.

Saat Jokowi maju periode kedua di tahun 2019, Airlangga tanpa ragu langsung membawa Golkar memberi dukungan. Posisi Golkar cukup strategis dan berhasil meningkatkan suara Jokowi di persaingan keduanya menghadapi Prabowo Subianto. Meski kursi di 2019 turun ke angka 85 dari sebelumnya 91, Golkar tetap berada di posisi kedua. Menyambut periode kedua, Jokowi tampak benar-benar memilah siapa musuh dalam selimut. Konflik dengan PDIP membuat Jokowi membutuhkan penyeimbang lain, dan Golkar menjadi pilihan. Hal ini bisa dilihat ketika Airlangga menjabat Menko Perekonomian. Satu-satunya kursi Menko yang diberikan kepada kader partai.

Selanjutnya, kemesraan tak terbendung. Dalam liputan Majalah Tempo edisi pekan 3 November 2022, pemilihan Ketua Umum di Munas 2019 dan berhadapan dengan Bambang Soesatyo, isu bantuan Istana muncul dan dianggap menjadi faktor utama yang memenangkan. Golkar kerap menjadi perpanjangan tangan politik Jokowi baik di pemerintahan dan parlemen. Kemampuan membaca momentum serta kerja partai membantu pemenangan Golkar sebagai runner up.