Di tengah riuhnya gejolak kebijakan dan bisikan politik di balik dinding-dinding kekuasaan, sebuah fenomena menarik kian mengemuka: suara Presiden Prabowo Subianto, dalam beberapa kesempatan krusial, justru menggema bukan dari corong Istana, melainkan dari lorong legislatif. Sosok itu adalah Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua DPR sekaligus Ketua Harian Partai Gerindra, yang seolah menjadi penjelas utama di garis depan ketika kebijakan pemerintah menuai badai protes publik.

Pemandangan antrean warga yang mengular demi sebungkus elpiji 3 kilogram menjadi cerminan nyata keresahan yang memuncak. Imbas transisi regulasi gas bersubsidi ini tak pelak memicu gelombang kritik. Namun, di tengah kegaduhan, bukan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang pertama kali mengumumkan solusi. Justru Dasco, sebelum Rapat Paripurna DPR pada Selasa, 4 Februari 2025, menyiarkan kabar penting: Presiden Prabowo telah menginstruksikan pembukaan kembali penjualan elpiji 3 kg oleh pengecer.

“Presiden Prabowo telah menginstruksikan kepada Menteri ESDM untuk mengaktifkan kembali pengecer berjualan elpiji 3 kilogram sambil menertibkan pengecer menjadi agen subpangkalan secara parsial,” terang Dasco dengan tenang di Kompleks Parlemen. Ia menambahkan bahwa instruksi ini adalah hasil komunikasinya langsung dengan Presiden pada Senin malam, sehari sebelum pengumuman. Ini bukan kali pertama Dasco tampil sebagai pembawa kabar pencabutan kebijakan yang meresahkan. Sebelumnya, saat isu kenaikan PPN 12 persen mencuat, Dasco pula yang pertama mengumumkan bahwa Presiden mengurungkan niat tersebut, bukan Menteri Keuangan Sri Mulyani atau Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Bahkan, pembatalan revisi UU Pilkada yang sempat memicu demonstrasi massal pun turut ia sampaikan.

Ketika Dasco Melenting

Kedekatan Dasco dengan Prabowo bukanlah cerita baru. Sejak menjabat Ketua Harian Gerindra pada September 2020, ia telah menjadi salah satu figur sentral. Kedekatan ini kian terlihat jelas pascakemenangan Prabowo di Pilpres 2024, di mana Dasco ditunjuk sebagai Ketua Gugus Transisi Pemerintahan Prabowo. Sebuah posisi yang tak hanya mengawalnya dalam pembentukan formasi kementerian, namun juga memberinya andil besar dalam penentuan calon menteri dan wakil menteri.

Puncaknya, pada 20 Oktober 2024, saat Presiden Prabowo mengumumkan jajaran Kabinet Merah Putih di Istana Kepresidenan, Dasco berdiri tegap di sisi kiri Prabowo, sejajar dengan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang berada di sisi kanan. Sebuah penanda visual yang jelas akan posisi strategisnya.

Perjalanan politik Dasco, seperti yang dikutip dari laman resmi Fraksi Partai Gerindra DPR, berawal dari kedekatannya dengan rekan bisnisnya, Fadli Zon. Ia bahkan disebut sebagai salah satu tokoh yang terlibat langsung dalam pendirian Partai Gerindra pada tahun 2008, mengawali kariernya sebagai Ketua DPP Partai Gerindra dan Ketua Organisasi Kaderisasi dan Kelembagaan Gerindra.

Setiap kali memenuhi panggilan Presiden, pilihan pintu masuk Dasco ke Istana seolah menjadi cerminan manuvernya. Ketika membutuhkan publikasi, ia memilih gerbang Jalan Veteran III yang mudah diakses wartawan. Namun, untuk diskusi intens dan tertutup dengan Prabowo, ia lebih sering memilih gerbang samping dekat Wisma Negara yang tak terjangkau media.

Karier politiknya terus melesat. Setelah berhasil lolos ke Senayan pada Pemilu 2014, ia kemudian menduduki kursi Wakil Ketua DPR untuk periode 2019-2024, dan kembali terpilih untuk periode 2024-2029. Menurut beberapa politisi, lonjakan signifikan dalam karier Dasco terjadi ketika Prabowo dan Jokowi “rujuk” pascakerusuhan Bawaslu usai Pilpres 2019. Dasco berada di tengah pusaran komunikasi antara kedua tokoh itu, dan sejak saat itu, ia kerap menjalin komunikasi langsung dengan Istana.

Mengapa Dasco?

Pertanyaan yang kemudian mengemuka adalah, mengapa Dasco, seorang pejabat dari “kamar” legislatif, seolah menjadi juru bicara utama kebijakan yang notabene merupakan ranah eksekutif? Bukankah ada sederet nama lain yang memiliki kedekatan spesial dengan Prabowo, seperti adik kandung Hashim Djojohadikusumo, sahabat lama Sjafrie Sjamsoedin, atau Fadli Zon yang telah bersamanya sejak tahun 90-an? Mereka, meski dikenal lebih lama, seolah mengurus urusan masing-masing. Dasco, di sisi lain, berhasil memanen hasil dari kerja panjangnya selama periode kedua Jokowi hingga transisi kepemimpinan ke Prabowo.

Saat ditanya mengenai perannya ini pada Jumat, 7 Februari 2024, Dasco berkilah bahwa komunikasinya dengan Presiden Prabowo, terutama terkait kebijakan yang meresahkan publik, dilakukan dalam kapasitasnya sebagai pimpinan DPR yang mewakili rakyat. “Kan, boleh kita sampaikan ke rakyat kita dong supaya menenangkan rakyat,” ujarnya. “Jadi, saya tidak pernah mendahului menteri, jadi masih dalam kamar masing-masing, saya sebagai pimpinan DPR mewakili rakyat.”

Namun, pernyataan ini menyisakan pertanyaan. Sejauh mana seorang pimpinan legislatif dapat menjadi penjelas utama kebijakan eksekutif? Peran Dasco yang unik ini, sebagai jembatan komunikasi antara Istana dan publik, mengindikasikan adanya pergeseran pola komunikasi politik di era pemerintahan Prabowo. Ia bukan sekadar pembawa pesan, melainkan suara yang dipercaya untuk menenangkan riak-riak di masyarakat, sebuah “tangan kanan” yang melenting dari lorong parlemen, membawa bisikan langsung dari sang Presiden.


Branding, Marketing, dan Konten untuk Politisi

Panduan pembuatan konten dan program kampanye mulai dari penyusunan ide hingga aksi konkret untuk APK, media sosial, hingga kampanye massa.

Rp 1.000.000